Robohnya Teduhan
Rintik itu tak sederas bisingnya
Menetes di pipi dengan jeritan
Sabit ramadhan hanya memandang dari kejauhan
Entah apa yang dia pikir
Lagu lagu lama terngiang kembali
Seakan sabit sudah tau arahnya
Berkerumun, menjerit, menangis, menyesal
Entah apalagi
Kisah kasih terpendam tiba tiba meledak
Semua kenangan indah
Semua perangai 
Dari setia hingga derma
Dari patuh sampai kasih sayang
Dari tidur sampai buang air besarpun
Tak bercelah
Berisak
Seperti terjadwal
Entah bagaimana rumusnya
Mungkin malaikat pengiring tersenyum, atau bahkan bosen, sambil bergumam
"Yooo, ngene maning, ngene maning"
Andai saya melihat kerut mukanya
Mungkin saya terpingkal
Perpisahan memang pahit, tapi kehilangan jauh keji
Mengenang itu, tidak perlu menunggu perpisahan
Berbakti itu, tidak perlu menunggu kehilangan
Tapi yang kuasa maha tau
Sang penakdir tampak jelas mendekte lini kehidupan, kisah demi kisah
Oh Tuhan, Al Qur an-mu tak terbantahkan
"Bersabar dan Bersyukur". Begitu Engkau menganjurkan
Dua kata, tak seremeh mengucapkannya
Tak sekecil imbalannya
Membuat dera deru berdendang menyairkan nasib dengan senyuman
Semoga yang meninggal diberi ketenanga
Yang ditinggal diberi ketabahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar