Rabu, 18 September 2019

Artikel "Peradaban keramat"


PERADABAN KERAMAT


Era milineal menuntut perubahan terhadap cara bertahan hidup manusia, baik secara langsung ataupun tidak. Teknologi misalnya. Kebutuhan satu ini melampaui batas fungsi dan tugasnya. Dari alat yang membantu atau mempermudah pekerjaan manusia sampai menggantikan keberadaan manusia. Dari barang nyata sampai bergeser menjadi barang awan (maya). Kompleks.
Tidak hanya dalam hal bisnis, kehidupan sosial bahkan pribadi pun semakin bergeser meninggalkan jejak peradadaban. Semua kegiatan disinggungkan dengan teknologi. Apapun itu. Seakan hidup ini sudah sempurna ketika dilengkapi teknologi. Ini ironi. Ketergantungan kepada teknologi semakin memuruk. Tentu saja, teknologi memasuki top rank kebutuhan primer setelah sandang papan dan pangan apalagi untuk sosialita atau penjaja dunia awan.
Perkembangan dunia awan pun sepertinya tidak terkendali. Bertambah seiring lahirnya kepala bayi. Berjamuran. dari yang penting sampai memuakkan, bahkan penipuan hingga maksud tak aral pun tetap ada. Apalagi referensi maupun plagiasi, lengkap. Tapi tercampur. Para penjaja semakin lihai mengetik apapun yang dibutuhkan. Tanpa kurir tanpa dahaga. Segi ini, Kemampuan filtrasi benar-benar dibutuhkan.
Tidak terkecuali pada aspek komunikasi. Semakin mudah, murah, ramah. Tapi remeh. Mungkin pembandingan antar masa memang tidak layak. Tapi yakinilah, komunikasi tempo dulu sangat berharga. Bagaimana tidak, kemudahan akses memberikan informasi membuat perkara yang tidak penting diunggah kepada siapapun, apalagi sebaliknya. Akibatnya, informasi yang penting teralihkan dan diremehkan. Kekhawatirannya adalah pembiasaan ini menjalar kepada informasi yang benar-benar penting, dan akhirnya komunikasi didogma menjadi sesuatu yang tidak berharga.
Mari kita bandingkan dengan komunikasi sebelum tahun 2000.  Kesantunan merupakan ciri khas di abad ini. Kenangan berlarian, bertamu, dépé- dépé (jawa, jalan agak jongkok), bersalaman, keberkahan, menjadi trending keramat hingga sekarang. Tidak ada gadget, tidak ada internet, tidak ada pulsa. Tapi indah pada masanya. Semua komunikasi diperhatikan sejadinya, dipahamkan sebisanya, dilaksanakan sampai titik akhir dengan penuh tanggung jawab. Enjoy.
Struktur bahasanya mengandung keramat tanpa tapa, informasinya mengena tanpa telepati. hanya sekedar “andap asar” yang menepati keramatnya hingga di-“gugu” dan dimengerti oleh banyak orang. Para kurcaci milineal pasti akan kagum dengan ini. Atau tidak mengerti.
Namun rotasi zaman memang tidak dapat dihindari. Berkembang. Bagaimanapun, internet telah menggeser pertapaan, gadget mengganti telepati, dan kuota menggantikan tirakat. Peradaban tinggal kenangan. Suatu saat, akan ada yang bercerita Peradaban zaman dulu memang menggelitik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar