PERADABAN KERAMAT
Era milineal menuntut perubahan terhadap cara
bertahan hidup manusia, baik secara langsung ataupun tidak. Teknologi misalnya.
Kebutuhan satu ini melampaui batas fungsi dan tugasnya. Dari alat yang membantu
atau mempermudah pekerjaan manusia sampai menggantikan keberadaan manusia. Dari
barang nyata sampai bergeser menjadi barang awan (maya). Kompleks.
Tidak hanya dalam hal bisnis, kehidupan
sosial bahkan pribadi pun semakin bergeser meninggalkan jejak peradadaban. Semua
kegiatan disinggungkan dengan teknologi. Apapun itu. Seakan hidup ini sudah
sempurna ketika dilengkapi teknologi. Ini ironi. Ketergantungan kepada teknologi
semakin memuruk. Tentu saja, teknologi memasuki top rank kebutuhan primer
setelah sandang papan dan pangan apalagi untuk sosialita atau penjaja dunia
awan. 
Perkembangan dunia awan pun sepertinya tidak
terkendali. Bertambah seiring lahirnya kepala bayi. Berjamuran. dari yang
penting sampai memuakkan, bahkan penipuan hingga maksud tak aral pun tetap ada.
Apalagi referensi maupun plagiasi, lengkap. Tapi tercampur. Para penjaja
semakin lihai mengetik apapun yang dibutuhkan. Tanpa kurir tanpa dahaga. Segi ini,
Kemampuan filtrasi benar-benar dibutuhkan.
Tidak terkecuali pada aspek komunikasi. Semakin
mudah, murah, ramah. Tapi remeh. Mungkin pembandingan antar masa memang tidak
layak. Tapi yakinilah, komunikasi tempo dulu sangat berharga. Bagaimana tidak,
kemudahan akses memberikan informasi membuat perkara yang tidak penting
diunggah kepada siapapun, apalagi sebaliknya. Akibatnya, informasi yang penting
teralihkan dan diremehkan. Kekhawatirannya adalah pembiasaan ini menjalar
kepada informasi yang benar-benar penting, dan akhirnya komunikasi didogma menjadi
sesuatu yang tidak berharga.
Mari kita bandingkan dengan komunikasi
sebelum tahun 2000.  Kesantunan merupakan
ciri khas di abad ini. Kenangan berlarian, bertamu, dépé- dépé (jawa,
jalan agak jongkok), bersalaman, keberkahan, menjadi trending keramat hingga
sekarang. Tidak ada gadget, tidak ada internet, tidak ada pulsa. Tapi indah pada
masanya. Semua komunikasi diperhatikan sejadinya, dipahamkan sebisanya,
dilaksanakan sampai titik akhir dengan penuh tanggung jawab. Enjoy.
Struktur bahasanya mengandung keramat tanpa
tapa, informasinya mengena tanpa telepati. hanya sekedar “andap asar” yang
menepati keramatnya hingga di-“gugu” dan dimengerti oleh banyak orang. Para kurcaci
milineal pasti akan kagum dengan ini. Atau tidak mengerti. 
Namun rotasi zaman memang tidak dapat
dihindari. Berkembang. Bagaimanapun, internet telah menggeser pertapaan, gadget
mengganti telepati, dan kuota menggantikan tirakat. Peradaban tinggal kenangan.
Suatu saat, akan ada yang bercerita Peradaban zaman dulu memang menggelitik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar