Konser bisa ditahan, rindu pengantin mana mungkin ditahan
Tidak dipungkiri, pandemi virus corona ini membingungkan banyak kalangan. Dari Pemerintah, bisnis, pendidikan, keluarga sampai urusan percintaan-pun dibuat kalang kabut.
Program pemerintah yang disusun rigit berdasarkan rencana dan anggaran dicecer kembali. Kalenderpun berubah. Hitam merah, merah dan merah lagi, baru hijau. Program program temporal benar benar menguras anggaran, seperti membeli APD, masih baru lalu dibakar. Membuat mebeler peti, lalu dikubur. Dan masih banyak lagi. 
Dunia bisnis lebih tragis. Sudah berapa pengusaha yang terlaporkan menggulung tikar. Sementara lainnya, berinisiatif mengurangi sampai mengganti produk. 
Dalam hal ini, kalangan paling na'as adalah pekerja harian. Menjual perabot, lockdown. Menjual susu, lockdown. Sepertinya pandemi ini lebih menakutkan dari virus HIV. Kalau HIV, sasarannya hanya penjual sosis dan apem saja. Tapi kalau pandemi ini, penjual dua susu saja sudah di smekdon
Keluarga juga bingung. Cost harian cenderung naik. Dari listrik, konsumsi, barang habis pakai, pulsa dan internet sampai alat kontrasepsi-pun juga naik. Pelajar dimudikkan, pekerja diskors, semua penghuni rumah berkumpul. Hingga Bapak ibu kesulitan mencari waktu berromantika memenuhi kebutuhan biologisnya. Mau kapan, pagi masih ramai, siang ngobrol, sore beres beres, malam tidur bareng. Mau bareng dikamar mandi, tidak mungkin. Menyuruh anak anak beli es krim, tidak cukup satu ronde. Minta anak anak keluar bermain, khawatir pulang mendadak. Memusingkan. Lalu keduanya menjadi jabelai.
Urusan pernikahan lebih rumit. Semenjak 3 bulan lockdown, banyak pesta pernikahan dipending sampai dukun "nganten" mabuk kepayang. Tukang sound dan dekorasi galau sambil menyilang tanggal yang dibatalkan. Sang romeo dan juliet pun "mengempet" rindu kehalalannya. Beratnya. 
Benar saja, setelah pintu ijab qabul diijinkan. pendaftar nikah membeludak. Seperti semburan pertama kali onani setelah masa wiladah. "Gembrudul gembrudul". Luar biasa.
Gimana sedulur, dapat undangan berapa?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar