Kamis, 03 Maret 2011

PUISI

Semua berawal dari suara
Seiring perjalanan masa
Aku mulai beranikan diri untuk bertanya
Dan selanjutnya berbagi cerita
Telah kau katakan padaku sejak awal mula
Bahwa aku adalah wanita ibuku sepanjang masa
Sebagai wujud bakti sebagaimana Rasul telah bersabda
“Ibumu, Ibumu, Ibumu”
Begitulah dalam sebuah hadis yang pernah aku baca
“Lalu Ayahmu” sebagai kelanjutan ucapan dari lisan yang mulia
Sebuah jawaban darimu membuatku begitu lagi
Kamu berkata :
Lebih baik memiliki istri yang berbakti daripada yang durhaka
Kamu berkata :
Lebih baik memiliki istri yang dermawan daripada yang bakhil harta
Dan kaupun berharap bahwa pendampingmu kelak bisa membuatmu bahagia
Aku pernah berkata :
Ingin segera menikah sebagai suatu rencana
Bila kelak Allah mempertemukanmu dengan jodoh pilihanNya,
Agar mampu menjaga kemurnian dan kesucian niatmu dalam mewujudkan berbagai cita
Serta menjadikanmu lebih kuat kala cobaan dan ujian datang menerpa
Karna akan ada seseorang yang insyaallah selalu mendampingi
Namun yang harus kamu tahu adalah bahwa aku wanita biasa
Segala kelebihan dan kelemahan pastilah aku punya
Senanglah hati ketika tahu, dirimu bisa menerima segalanya dengan tangan terbuka

Suatu ketika, aku bertanya tentang poligami
Kau jawab itu adalah ketentuan ilahi
Tentu saja aku menyetujui
Lantas aku bertanya, apakah kau akan melakukannya suatu saat nanti?
Lalu kau jawab, “Apa mungkin, bila adil sebagai syarat utama tidak mampu aku miliki?”
Aku tersenyum di mulut atau mungkin sampai di hati
Sambil mengakui bahwa diriku belum bisa menerima bila hal itu terjadi
Dan diriku juga tidak bisa menyamai “Saudah Binti Zam’ah”,
Istri nabi yang tulus ihlas kepada “Aisyah” dalam berbagi
Istikharah mencari jawaban
Untuk menggapai “Al-Hubbu Fillah Walillah”
Dalam doa, aku bersimpuh pasrah
Memohon datangnya jawaban sang pemberi hidayah
Bila jawaban itu masih menggantung di langit, maka turunkanlah!
Bila jawaban itu masih terpendam di perut bumi, maka keluarkanlah!
Bila jawaban itu masih sulit aku untuk meraihnya, maka mudahkanlah!
Dan bila jawaban itu masih jauh, maka dekatkanlah!

Teruntuk:
Calon suamiku
Terimakasih
atas sebuah ta’arruf yang indah
Bila datang jawaban itu,
Aku mohon,
Agar engkau memanggilku dengan sebutan
“ImEldA”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar