Rabu, 23 November 2022

Mangku Purel



        Ehm, pagi ini ada embak veronica “menjumbulkan” hati, tiba tiba call menawarkan promosi nada sambung. Suaranya empuk dan sedikit nakal.  Saya penasaran. Suara seempuk itu, Itu orang nya seksi atau gemuk glinuk glinuk? Soalnya saya pernah memiliki pengalaman masa muda. Ketika zaman belum ada whatsapp, facebook belum ramai apalagi instagram dan telegram. Ketika itu, marak “njajal” (acak) nomer. Paketan nya menggunakan paket telepon 999, 99999999 menit. Kalau yang mengangkat telepon suara laki-laki atau ibu ibu, maka alasannya salah sambung. Kalau yang ngangkat suaranya empuk, dilanjut sampai gombal mukiyo.

        Dan benar, saat itu ada suaranya empuk, renyah, dan merdu.  Sehari, dua hari, seminggu lalu sebulan full telepon. lalu tibalah saat janji ketemuan. Dan tara…. Kejutan. Kejutan yang lucu. Dan membuat kami dan segrombolan tidak bisa mengahiri tawa bahak kami. Gojlok rayuan dan ekspektasi membuat kami terjungkal.

        Veronica selesai. Saya berniat berangkat kerja tapi tasku bergetar. handphoneku berbunyi lagi. Saya penasaran, mungkin mbak veronica “kurangen” (ketagihan) suara merduku. Oh, Ternyata teman karibku sedang kangen denganku.

        Baginya hari hari ini adalah masa sulit. Masa dimana dia harus bertanggung jawab pada tuhan, pada anak orang, pada orang tuanya dan pada anaknya sendiri. Masa indah disekolah tak menceritakan kisah pahit di masa ini. Romantika pacaran juga tidak menyinggung masa ini. Masa dimana ekonomi menjadi tuhan. Masa dimana tuhan sangat jauh untuk dipanggil. Masa dimana pemerintah serasa dipenuhi politisi “taik”.

        Temanku adalah siswa pandai kala itu. Kuliahnya jurusan teknik sipil. Sebelum menikah dia bekerja sebagai pemborong kontruksi. Pendapatan besar, sesuai ijazah dan sesuai kegemarannya, benar benar pekerjaan yang menyenangkan.

        Tapi tuhan maha adil, kebijaksanaannya melampaui batas keinginan dan kebutuhan manusia. Tuhan menjodohkannya dengan anak terakhir seorang ibu yang taat agama.  Step a step b, plan a dan plan b mulai berguguran. Gagal tidak sesuai rencana. Mulai dari harus pulang kampung, hidup di desa, bekerja seadanya di rumah. Benar benar tidak sesuai dengan harapan

        Sejak pulang kampung, dia nguli bangunan. Meskipun beliau lulusan sarjana teknik kampus ternama di negeri ini, beliau tidak gengsi nguli. Meskipun menggambar kontruksi adalah hobinya, beliau rela di ajari mandor bau kencur. Meskipun sering menangani anggaran besar, beliau tidak riskan menerima gaji kurang dari uang merah.

        Di negeri ini, Kesana kemari tanpa ada birokrasi orang dalam, dan biaya suap tidak ditemukan pekerjaan yang layak. Hari ini genap setahun usia anaknya. Dia bekerja membangun kafe karaoke di kabupaten sebelah. Bukan pemborong, tapi kuli. Tempat karaoke itu memiliki karyawan cantik lebih dari 100 orang.

        Mulanya, temanku itu pecandu rokok, tapi sejak bekerja di kafe (kuli), dia berhenti merokok. Hobinya berubah. “Nginceng purel”. Kalau pas yang di intip berbuat senonoh, dia nyebut “astaghfirullah masyaallah”. Ngelus dada. lalu digilir temannya yang mengintip. “Pengen tara?”, tanyaku nyeletuk. “sido bosok uripku”, sentakknya.